Berkaca dari Kasus Nanie Darham, Amankah Menjalani Sedot Lemak Setelah Melahirkan?

Dua bulan pasca melahirkan, artis Nanie Darham menjalani operasi sedot lemak yang berujung pada kematiannya. Begini risikonya bagi kesehatan.
Berkaca dari Kasus Nanie Darham, Amankah Menjalani Sedot Lemak Setelah Melahirkan?

Artis Nanie Darham (Instagram @indriedarham)


SPEAK.co.id - Kabar meninggalnya Nanie Darham setelah menjalani sedot lemak pasca melahirkan menyedot perhatian publik.

Nanie menjalani operasi sedot lemak di salah satu klinik yang berada di Jakarta Selatan, pasca dua bulan melahirkan anak kedua. Untuk tindakan itu, dia harus merogoh kocek sedikitnya Rp 300 juta.

Alih-alih mendampatkan tubuh ramping dan sexy, nyawa Nanie justru melayang usai prosedur sedot lemak itu dilakukan. Pada 21 Oktober 2023, artis yang kerap membintangi film horor itu dinyatakan meninggal dunia saat dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.

Pertanyaannya, apakah ibu yang baru melahirkan boleh menjalani prosedur operasi sedot lemak?

Ilustrasi Prosedur Sedot Lemak. (sumber foto: lifepal.co.id)Ilustrasi Prosedur Sedot Lemak. (sumber foto: lifepal.co.id)

Dokter spesialis kandungan di Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) Muhammad Fadli, Muhammad Fadli, menekankan bahwa tidak ada larangan mutlak untuk sedot lemak setelah melahirkan. Namun, prosedur ini sebaiknya dilakukan minimal enam bulan setelah persalinan, terutama bagi ibu yang menjalani caesar.

"Jadi jangan buru-buru, apalagi hanya jeda satu atau dua bulan saja. Minimal banget enam bulan dan lebih lama lagi lebih bagus," kata Fadli melansir CNNIndonesia.com, Jumat (24/11).

Menunggu enam bulan memberikan waktu bagi tubuh untuk pulih dari proses persalinan dan operasi caesar. Sehingga, luka hasil sedot lemak tidak menambah beban penyembuhan pada ibu baru melahirkan.

"Tubuh juga perlu penyesuaian. Perlu penyembuhan dari luka setelah operasi caesar. Makanya jangan ada cedera atau trauma baru dari luka sedot lemak pada ibu ini," katanya.

Lebih lanjut, Fadli menyebutkan bahwa prosedur ini dapat berpengaruh pada pemberian ASI. Ibu yang menjalani sedot lemak mungkin tidak dapat memberikan ASI dalam interval waktu yang diperlukan. Selain itu, jika prosedur dilakukan kurang dari enam bulan, kualitas dan jumlah ASI juga bisa terpengaruh.

Ibu yang menjalani sedot lemak mungkin tidak dapat memberikan ASI dalam frekuensi yang dibutuhkan bayi, dan hal ini bisa memengaruhi asupan nutrisi awal yang penting.

Meski tidak ada larangan, Fadli memberikan saran untuk tidak terburu-buru menjalani sedot lemak pasca melahirkan. Ia menekankan bahwa ibu yang menyusui akan mengalami metabolisme tubuh yang lebih cepat, sehingga tubuh akan kembali ke bentuk semula secara alami.

"Kalau saran saya lebih baik tidak usah, meskipun memang tidak ada larangan. Lagi pula kalau menyusui anak nanti metabolisme tubuh juga lebih cepat, jadi ya pasti badannya akan singset lagi. Ibu-ibu tidak usah khawatir," katanya.

Sebelum memutuskan menjalani sedot lemak, ibu perlu mempertimbangkan dampak potensial pada penyembuhan tubuh, pemberian ASI, dan kesehatan bayi. Meskipun bukan larangan, kebijakan menunggu minimal enam bulan memberikan kesempatan bagi tubuh untuk pulih sepenuhnya.

***



Follow Google News SPEAK.co.id, dapatkan update berita terbaru!


Read more:

Tak Selamanya Indah, Ini Risiko dan Komplikasi Sedot Lemak yang Jarang Diketahui

HOMEDEC - 3-6 OKT 2024