Tradisi Qunutan di Pertengahan Ramadhan 2025, Momentum Syukur dan Kebersamaan

Rohmat

Tak terasa bulan suci Ramadhan tahun 2025 telah mencapai titik tengah. Di berbagai daerah di Indonesia, momen ini menjadi waktu yang spesial dengan hadirnya sebuah tradisi yang dikenal sebagai qunutan atau ngupat. Ritual ini bukan sekadar kegiatan budaya, tetapi juga menjadi simbol rasa syukur umat Islam yang telah berhasil menjalani ibadah puasa selama setengah bulan.

Makna dan Pelaksanaan Tradisi Qunutan

Qunutan adalah sebuah adat yang diselenggarakan pada malam ke-15 bulan Ramadhan. Tradisi ini identik dengan pembuatan ketupat, yang kemudian dibawa ke masjid menjelang waktu berbuka puasa. Ketupat, sebagai ikon dalam tradisi ini, memiliki makna mendalam yang mencerminkan kesederhanaan dan kebersamaan.

Selain sebagai bentuk rasa syukur atas kelancaran puasa selama setengah bulan, qunutan juga menjadi sarana mempererat hubungan sosial dan meningkatkan semangat berbagi. Ketupat yang telah disiapkan biasanya disantap bersama keluarga, tetangga, hingga jamaah masjid, menjadikan momen ini penuh dengan nilai kebersamaan dan solidaritas.

Kapan Qunutan Ramadhan 2025 Dilaksanakan?

Seperti yang telah diketahui, qunutan selalu diadakan pada pertengahan bulan Ramadhan. Tahun ini, berdasarkan keputusan Kementerian Agama, awal puasa jatuh pada tanggal 1 Maret 2025. Dengan demikian, peringatan qunutan tahun ini akan berlangsung pada 15 Maret 2025.

Menjelang perayaan ini, masyarakat di berbagai daerah biasanya mulai menyiapkan ketupat beserta aneka hidangan pelengkap. Selain dikonsumsi sendiri, makanan ini juga dibawa ke masjid atau surau untuk dibagikan kepada sesama jamaah sebagai wujud kepedulian dan kebersamaan.

Qunutan dan Doa Qunut Witir

Selain berbagi makanan, qunutan juga erat kaitannya dengan doa qunut dalam sholat witir. Doa ini diyakini memiliki manfaat sebagai permohonan perlindungan dan keberkahan. Dalam konteks Ramadhan, qunutan menjadi pengingat bahwa malam-malam penuh keutamaan, termasuk Lailatul Qadar, semakin dekat.

Dikutip dari laman serangkab.go.id, tradisi qunutan bukanlah praktik yang bertentangan dengan syariat Islam, melainkan justru menjadi bagian dari amal sedekah yang dianjurkan. Masyarakat melaksanakan tradisi ini dengan tetap mengacu pada adat kebiasaan di daerah masing-masing, menjadikannya bagian dari warisan budaya yang terus dijaga hingga kini.

Menurut jurnal Living Qur’an tentang Tradisi Kupat Qunutan di Desa Buangin, Kecamatan Towuti, Kabupaten Luwu Timur, istilah “qunutan” berasal dari doa qunut yang dibaca imam dalam sholat witir. Hal ini sejalan dengan penjelasan dalam buku Step by Step Puasa Ramadhan bagi Orang Sibuk karya Agus Arifin, yang menyebutkan bahwa doa qunut disunnahkan dibaca pada i’tidal terakhir dalam sholat witir, yang dimulai pada malam ke-16 Ramadhan.

Sebagai bagian dari rangkaian ibadah malam, doa qunut dibaca setelah tarawih sebagai bentuk permohonan kepada Allah SWT untuk mendapatkan petunjuk, perlindungan, dan keberkahan. Berikut adalah bacaan doa qunut:

اَللّٰهُمَّ اهْدِنِىْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِى فِيْمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنِىْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لِىْ فِيْمَا اَعْطَيْتَ، وَقِنِيْ شَرَّمَا قَضَيْتَ، فَاِ نَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ، وَاِ نَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ، فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ، وَاسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Allahumma ahdini fiiman hadayta, wa ‘aafini fiiman ‘aafayta, wa tawallani fiiman tawallayta, wa baarik lii fiimaa a’thayta, wa qinii sharra maa qadayta, fa innaka taqdi wa laa yuqdaa ‘alayka, wa innahu laa yadhillu man waalayta, wa laa ya’izzu man ‘aadayta. Tabarakta rabbanaa wa ta’aalayta, falakal hamdu ‘alaa maa qadayta, wa astaghfiruka wa atuubu ilayk, wa sallallaahu ‘alaa sayyidinaa Muhammadin an-nabiyyil ummiyyi wa ‘alaa aalihi wa sahbihi wa sallam.

Warisan Budaya yang Tetap Relevan

Tradisi qunutan yang terus berlangsung hingga kini mencerminkan bagaimana nilai-nilai keagamaan dan budaya dapat berjalan beriringan. Dengan semangat berbagi, mempererat persaudaraan, serta memperdalam spiritualitas, qunutan menjadi bagian dari identitas keislaman di Nusantara.

Sebagai bentuk ekspresi keimanan dan kebersamaan, tradisi ini tak hanya memperkaya pengalaman Ramadhan, tetapi juga menjaga harmoni sosial dalam masyarakat. Dengan tetap mempertahankan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, diharapkan qunutan terus menjadi bagian dari perayaan Ramadhan yang penuh makna bagi generasi mendatang.

Also Read

Tags

Leave a Comment