Strategi Baru Tangkal Wabah, Pemerintah Genjot Cakupan Imunisasi Nasional

Rohmat

Imunisasi merupakan tindakan preventif yang bertujuan untuk membangun atau memperkuat sistem pertahanan tubuh seseorang terhadap ancaman penyakit. Dengan adanya imunisasi, seseorang yang nantinya terpapar penyakit tertentu tidak akan mengalami gejala parah, bahkan bisa tetap sehat.

Menurut dr. Prima Yosephine, MKM, selaku Direktur Imunisasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit yang paling terjangkau dan efektif. “Jika anak-anak tidak segera mendapatkan imunisasi, maka risiko terjadinya KLB PD3I akan semakin besar,” ungkapnya dalam Pertemuan Jurnalis Pekan Imunisasi Dunia 2025 di Jakarta pada Jumat (21/3/2024), sebagaimana tercantum dalam pernyataan resmi Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Kesehatan RI.

Dalam rangka mempercepat cakupan imunisasi, pemerintah meluncurkan inisiatif Sepekan Mengejar Imunisasi (PENARI) yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah anak yang mendapat imunisasi di berbagai fasilitas kesehatan secara serentak.

Tantangan dalam Pencapaian Imunisasi

Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2023, terdapat 14,5 juta anak di dunia yang belum mendapatkan imunisasi (zero dose), di mana Indonesia menduduki peringkat keenam tertinggi dengan angka 1.356.367 anak yang tidak menerima imunisasi dasar dalam periode 2019-2023.

Beberapa hambatan yang menyebabkan rendahnya cakupan imunisasi antara lain:

Penolakan orang tua (38%) akibat kekhawatiran terhadap pemberian suntikan ganda, ketidaksesuaian jadwal (18%), serta ketakutan akan efek samping (12%) (Studi Nielsen – UNICEF Q3 2023).

Hambatan keluarga dan kurangnya informasi yang mengakibatkan 47% anak tidak diizinkan untuk imunisasi, 45% orang tua takut efek samping, 23% tidak mengetahui jadwal imunisasi, dan 22% menganggap imunisasi tidak diperlukan (Survei Kesehatan Indonesia 2023).

Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai manfaat imunisasi dalam jangka panjang.

Misinformasi dan penyebaran hoaks yang menimbulkan keraguan terhadap efektivitas dan keamanan imunisasi.

Jadwal Imunisasi Rutin

Untuk memastikan perlindungan optimal terhadap berbagai penyakit, pemerintah telah menetapkan jadwal imunisasi yang direkomendasikan, antara lain:

Bayi baru lahir (< 24 jam): Hepatitis B (HB0)

Usia < 1 bulan: BCG, OPV1

Usia 2 bulan: DPT-HB-Hib1, OPV2, PCV1, RV1

Usia 3 bulan: DPT-HB-Hib2, OPV3, PCV2, RV2

Usia 4 bulan: DPT-HB-Hib3, OPV4, IPV1, RV3

Usia 9 bulan: Campak-Rubella, IPV2

Usia 10 bulan: Japanese Encephalitis (hanya di daerah endemis)

Usia 12 bulan: PCV3

Usia 18 bulan: Campak-Rubella 2, DPT-HB-Hib 4

Usia sekolah: Campak-Rubella, DT (Kelas 1), Td (Kelas 2 & 5), HPV untuk anak perempuan (Kelas 5 & 6)

Wanita usia subur: Td (hingga T5 setelah skrining)

Remaja, dewasa, dan lansia dengan komorbid: COVID-19

Dengan meningkatnya cakupan imunisasi melalui program PENARI, diharapkan angka kejadian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dapat ditekan secara signifikan. Pemerintah terus mengajak masyarakat untuk memahami pentingnya imunisasi guna menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan bebas dari wabah penyakit yang dapat dicegah.

Also Read

Tags

Leave a Comment