Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) melakukan evaluasi terhadap penampilan para atlet yang bertanding dalam ajang BWF World Tour Super 1000 All England 2025 setelah pulang tanpa membawa trofi kemenangan.
Satu-satunya harapan Indonesia di partai final, pasangan ganda putra Leo Rolly Carnando/Bagas Maulana, harus puas sebagai runner-up usai dikalahkan oleh wakil Korea Selatan, Kim Won-ho/Seo Seung-jae, dengan skor 19-21, 19-21 di Utilita Arena Birmingham, Inggris, pada Senin dini hari WIB.
“Kita harus tetap mengapresiasi perjuangan para atlet. Hasil ini akan menjadi bahan evaluasi untuk memperbaiki kekurangan yang ada,” ujar Kabid Binpres PP PBSI Eng Hian dalam keterangan tertulis, Senin.
Menurut Eng Hian, meskipun belum sesuai dengan harapan, performa yang ditampilkan oleh para atlet menunjukkan perkembangan yang cukup baik, terutama di sektor ganda putra.
“Para pemain telah berjuang maksimal, dan lawan-lawan yang dihadapi juga tidak mudah,” tambahnya.
Pada edisi All England 2025 ini, Indonesia gagal melanjutkan tren membawa pulang gelar juara sejak 2016, kecuali pada tahun 2021 ketika tidak berpartisipasi akibat pandemi COVID-19. Bahkan, Jonatan Christie yang berstatus juara bertahan di sektor tunggal putra harus tersingkir lebih awal di babak kedua. Sementara itu, pasangan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto juga gagal mengukir sejarah dengan hattrick kemenangan di turnamen bulu tangkis tertua di dunia tersebut.
Dengan hasil ini, PBSI kini mengalihkan fokus ke turnamen berikutnya, yaitu Super 300 Swiss Open yang akan digelar di St. Jakobshalle Basel, Swiss, pada 18-23 Maret mendatang. Turnamen ini dianggap sebagai kesempatan bagi para atlet Indonesia untuk kembali menunjukkan taring mereka di kancah internasional.
Eng Hian berharap ajang Swiss Open bisa menjadi momentum bagi para pemain untuk bangkit dan kembali ke jalur kemenangan.
“Swiss Open memiliki level yang lebih rendah dibanding All England. Meski begitu, beberapa pemain top dunia tetap akan tampil di sana. Ini bisa menjadi tantangan bagi atlet kita untuk membuktikan diri dan meraih hasil lebih baik,” ujarnya.
Namun, PBSI memutuskan untuk tidak mengirimkan wakil di sektor tunggal putra pada Swiss Open. Keputusan ini diambil karena para pemain elite di sektor tersebut diarahkan untuk mengikuti turnamen lain seperti Super 300 German Open dan Orleans Masters.
“Untuk Jonatan Christie, dia tidak ikut ke Swiss Open karena pemain yang masuk dalam kategori ‘top committed’ harus fokus pada turnamen yang diwajibkan oleh BWF,” jelas Eng Hian.
Kegagalan membawa pulang gelar dari All England 2025 menjadi tamparan bagi Indonesia, mengingat turnamen ini memiliki sejarah panjang dan penting dalam perjalanan bulu tangkis nasional. Namun, PBSI menegaskan bahwa hasil ini akan dijadikan pelajaran guna meningkatkan performa dan meraih hasil lebih baik di turnamen berikutnya.