Operasi Modifikasi Cuaca di Jawa Barat, Upaya Cerdas Mengendalikan Curah Hujan

Rohmat

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah secara resmi memulai Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di Jawa Barat guna menekan risiko bencana hidrometeorologi. Inisiatif ini bertujuan untuk mempercepat turunnya hujan pada awan yang bergerak dari perairan menuju daratan serta mengendalikan curah hujan di daerah yang rawan terhadap banjir dan longsor.

Menurut Deputi Bidang Modifikasi Cuaca, Tri Handoko Seto, metode yang diterapkan dalam operasi ini adalah penyemaian awan menggunakan zat tertentu. Pada tahap awal, hujan dipercepat turunnya dengan menyebarkan Natrium Klorida (NaCl) pada awan yang terbentuk di atas lautan dan waduk.

Seto menegaskan bahwa operasi ini dilakukan agar hujan terjadi lebih awal di wilayah yang lebih aman dan mengurangi intensitas curah hujan di daratan. Sebagai contoh, jika diperkirakan hujan lebat akan terjadi di Cirebon, maka awan-awan yang terbentuk di laut akan disemai terlebih dahulu, sehingga saat mencapai daratan intensitasnya berkurang menjadi sedang.

“Jadi yang kita lakukan untuk operasi ini adalah mengurangi curah hujan yang turun di wilayah daratan, khususnya yang berpotensi banjir, sehingga menjadi air yang bermanfaat buat kehidupan,” ujarnya.

Selain itu, jika awan berpotensi menghasilkan hujan lebat di daerah daratan, seperti Bandung, penyemaian menggunakan Kalsium Oksida (CaO) dilakukan untuk mengurangi intensitas hujan. Dengan teknik ini, hujan yang awalnya diprediksi sangat lebat dapat dikendalikan menjadi hujan ringan hingga sedang, sehingga tidak berisiko menyebabkan banjir atau longsor.

Operasi ini dimulai sejak 11 Maret dan akan berlangsung hingga 20 Maret 2025, dengan pusat koordinasi di Lanud Husein Sastranegara, Bandung. Sebelumnya, OMC lebih difokuskan di wilayah Jabodetabek, namun kali ini cakupannya diperluas ke Jawa Barat karena prediksi BMKG menunjukkan tingginya curah hujan pada periode 11-20 Maret 2025.

BMKG bekerja sama dengan BNPB dan BPBD Provinsi Jawa Barat dalam pelaksanaan operasi ini. Kegiatan ini diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat dan turut dihadiri oleh Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, Komandan Lanud Husein Sastranegara Bandung, serta Kepala BPBD Provinsi Jawa Barat.

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menegaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari upaya pemerintah dalam mengatasi bencana agar tidak berulang secara terus-menerus. “Rangkaian ini kan bagian ikhtiar yang dilakukan oleh pemerintah provinsi agar bencana ini tidak berkelanjutan. Selanjutnya pada waktu puasa ini, kita harus melakukan taubat ekologi dalam bahasa saya. Taubat ekologi itu apa sih? Taubat pemerintah segera memperbaiki diri, memperbaiki tata ruang, memperbaiki pola hidup masyarakatnya untuk tidak lagi merusak sungai dan menyuduhkan sungai menjadi pembuangan rasa kebencian padahal itu dibutuhkan,” ungkapnya.

Secara teknis, setiap kali pesawat diterbangkan dalam operasi ini, ia membawa sekitar 800 kilogram bahan semai, dengan rata-rata tiga kali penerbangan per hari. Keberhasilan operasi ini sangat bergantung pada usia dan fase pertumbuhan awan. Jika awan sudah matang, hujan dapat turun dalam waktu sekitar 10 menit setelah penyemaian, sedangkan awan dalam tahap pertumbuhan membutuhkan waktu sekitar satu jam.

BMKG berharap dengan adanya operasi ini, curah hujan di daratan dapat dikurangi hingga 30-60 persen dari perkiraan awal. Sebagai contoh, jika sebelumnya diperkirakan curah hujan mencapai 100 milimeter, maka setelah modifikasi cuaca jumlahnya dapat ditekan menjadi sekitar 40-70 milimeter. Dengan demikian, potensi bencana akibat hujan ekstrem dapat diminimalisir, sekaligus memastikan manfaat air tetap optimal bagi kehidupan sehari-hari.

Also Read

Tags

Leave a Comment