Diet ketat yang diterapkan secara berlebihan dapat membawa dampak buruk bagi kesehatan, mulai dari ketidakseimbangan metabolisme, defisiensi zat gizi, hingga berujung pada kematian.
Metode penurunan berat badan yang ekstrem, seperti hanya mengonsumsi cairan atau menahan lapar dalam waktu lama, dapat menyebabkan tubuh kehilangan sumber energi serta nutrisi yang dibutuhkan untuk fungsi organ vital. Akibatnya, berbagai sistem dalam tubuh mengalami disfungsi, yang dapat memicu komplikasi serius seperti gangguan jantung, kerusakan organ, serta gangguan psikologis seperti anoreksia nervosa.
Kasus tragis menimpa seorang remaja perempuan berusia 18 tahun di India yang meninggal dunia setelah menjalani diet air dalam jangka waktu panjang tanpa pengawasan tenaga medis. Kelaparan yang ekstrem menyebabkan kondisi tubuhnya memburuk hingga mengalami komplikasi serius yang berujung fatal.
Dokter yang menangani kasus tersebut mengungkapkan bahwa gadis itu mengalami anoreksia, yaitu gangguan makan yang berbahaya dan dapat mengancam nyawa. Ia mengalami kekurangan gizi akut, serta penyusutan organ-organ penting seperti lambung dan esofagus akibat kurangnya asupan makanan dalam waktu lama.
Menurut Medical Daily, Dr. Nagesh Prabu menjelaskan bahwa anoreksia bukan hanya sekadar gangguan pola makan, tetapi juga masalah psikologis yang membuat penderitanya merasa kelebihan berat badan meskipun kenyataannya mereka berada dalam kategori berat badan normal atau bahkan di bawah standar kesehatan.
Gangguan ini dapat dipicu oleh berbagai faktor, seperti faktor genetik, tekanan psikologis, trauma masa lalu, pengaruh lingkungan sosial, perundungan, serta kritik terhadap bentuk tubuh. Selain itu, sifat perfeksionis dan kecenderungan obsesif-kompulsif juga bisa menjadi pemicu munculnya anoreksia.
“Penderita anoreksia bisa kehilangan rasa lapar sepenuhnya, dan dalam kasus Sreenanda, kadar natrium serta gula dalam tubuhnya turun drastis hingga tidak dapat dipulihkan lagi,” ungkap Dr. Prabhu.
Meskipun anoreksia bisa menyerang siapa saja, remaja lebih rentan mengalaminya karena berada dalam fase perubahan fisik dan tekanan sosial yang tinggi. Gangguan ini dapat dikenali melalui berbagai tanda fisik, emosional, dan perilaku.
Secara fisik, penderita anoreksia dapat mengalami penurunan berat badan drastis, tubuh yang terus-menerus merasa lemas, pusing, gangguan pencernaan, hingga sering merasa kedinginan. Selain itu, beberapa individu mengalami pembengkakan di tangan dan kaki, nyeri perut, serta gangguan tidur.
Dari segi perilaku, penderita mungkin menunjukkan kebiasaan berolahraga secara berlebihan, takut mengalami kenaikan berat badan, serta memiliki obsesi berlebih terhadap bentuk tubuh, misalnya sering bercermin atau memakai pakaian berlapis untuk menyembunyikan perubahan fisik.
Secara emosional, penderita anoreksia cenderung mudah marah, mengalami perubahan suasana hati yang drastis, serta menarik diri dari kehidupan sosial.
Diet ekstrem yang berlangsung dalam jangka panjang dapat menyebabkan berbagai dampak negatif, seperti kerusakan gigi akibat muntah berulang, gangguan konsentrasi, peningkatan kecemasan, pengeroposan tulang, serta gangguan kardiovaskular.
Karena malnutrisi berdampak langsung pada fungsi otak, banyak penderita anoreksia tidak menyadari bahwa mereka membutuhkan bantuan medis, bahkan kerap menolak perawatan. Jika tidak ditangani dengan baik, anoreksia dapat menyebabkan anemia, gangguan pada jantung dan ginjal, osteoporosis, tekanan darah rendah, kegagalan organ, kerusakan otak, hingga kematian.
Penting bagi siapa pun yang ingin menurunkan berat badan untuk menerapkan pola diet yang sehat dan mendapatkan bimbingan dari tenaga medis profesional. Langkah ini tidak hanya membantu mencapai berat badan ideal secara aman, tetapi juga mencegah dampak yang membahayakan kesehatan dan nyawa.